31 Mei 2009

PENTINGNYA MENUNTUT ILMU


Oleh MARSUDI FITRO WIBOWO
Harian Umum Pikiran Rakyat (PR) Bandung

Jumat, 21 Mei 2004


DARI hari ke hari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih, kita seolah diperbudak oleh perkembangan zaman. Tapi tidaklah selalu demikian, hal ini tergantung kepada sikap dan mental kita untuk lebih menghadapi dan memahami dampak-dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan tersebut dan mesti menempatkannya untuk hal kebaikan dunia dan akhirat.


Disinilah bukti bahwa Allah SWT. pemilik segala ilmu menunjukkan kekuasaan-Nya bagi orang-orang berakal dan beriman untuk lebih giat menuntut ilmu agar manusia mengenal siapa dirinya dan siapa Tuhannya, sehingga ia menjadi manusia yang bertaqwa dan berakhlak mulia.


Menuntut ilmu, dalam ajaran Islam, adalah suatu yang sangat diwajibkan sekali bagi setiap muslim, apakah itu menuntut ilmu agama atau ilmu pengetahuan lainnya. Terkadang orang tidak menyadari betapa pentingnya kedudukan ilmu dalam kehidupan ini. Namun kebanyakan dari manusia, mereka lebih mengutamakan harta benda dibanding ilmu yang sebenarnya harta benda itu sendiri dapat habis dengan sekejap jika ia tak memiki ilmu untuk tetap memeliharanya sebagai titipan Allah SWT., bahkan dapat menjadi malapetaka bagi pemiliknya.


Sebaliknya dengan ilmu, ia akan bertambah terus yang tidak pernah habis-habisnya sebagai kunci untuk memperoleh apa yang dicita-citakan dalam hal duniawi ataupun ukhrawi yang harus direalisasikan dengan usaha dan mengamalkannya.


Menyikapi hal seperti ini, Rasulullah Saw. bersabda, "Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu. Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda.” H.R. ad-Dailami. Ini berarti, dengan ilmu segala sesuatu dapat tercapai, selama ia istiqamah dan ada dalam jalan Allah Swt. Maka dengan ke-istiqamahan dan ber-amar ma’ruf nahi munkar baik dalam menuntut ilmu ataupun mengamalkannya, secara otomatis ia akan mampu menjalankan hidup dengan baik guna tercapainya apa yang dimaksud.


Dalam sebuah hadis Nabi Saw, “Barangsiapa yang ingin sukses dalam kehidupan dunianya, hendaklah (dicapai) dengan ilmu, barang siapa yang ingin selamat di akhirat nanti hendaklah dengan ilmu dan barang siapa yang ingin sukses dalam menghadapi kedua-duanya (dunia dan akhirat) maka hendaklah pula dicapai dengan ilmu.” Oleh karena itu diwajibkan bagi kaum muslim untuk menuntut ilmu baik ilmu Agama yang hukumnya fardhu ‘ain, ataupun ilmu-ilmu yang menyangkut kemaslahatan umum dengan hukum fardhu kifayah. Ilmu adalah suatu yang sangat mulia, sebab ilmu adalah pemberian Allah bagi manusia yang menjadi perantara untuk menjadi insan bertaqwa.


Disinilah Islam sangat menganjurkan sekali untuk mencari ilmu dimana pun ilmu itu berada, sebagai kunci untuk membuka segala sesuatu. Kita mesti sadar bahwa jika seseorang, golongan, atau pun bangsa ingin menjadi manusia yang berkualitas maka mereka harus mengerti apa hakikat dan kedudukan dari ilmu pengetahuan itu sendiri yang akan memebentuk dan mengarahkan jiwa dan akal pikiran. Ilmu adalah sebagai penerang yang mampu merubah jalan keburukan, kebodohan yang melahirkan kebijaksanaan dalam berbagai masalah-masalah kehidupan selama ada dalam koridor-kororidor agama.


Adapun pahala menuntut ilmu Rasululllah Saw. Bersabda, “Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat; orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan pahala yang diberikan kepadanya sama dengan pahala para nabi.” (H.R. ad Dailami dari Anas r.a). Sedangkan dalam hadist lain yang diriwayatkan Imam Muslim r.a., “Barangsiapa yang melalui suatu jalan guna mencari ilmu pengetahuan, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga.” Maka dalam menuntut ilmu niatkanlah semata-mata mencari keridloan Allah Ta’ala yang akan dibalas dengan pahala kebaikan untuk dunia dan akhirat.


Secara sederhana kita harus berfikir, bahwa setiap manusia diberikan jatah umur yang tidak diberi tahu sedikitpun berapa lama kita bertahan hidup di dunia, ini berarti kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Alangkah baiknya kita mendahulukan menuntut ilmu-ilmu keagamaan sebagai dasar untuk membina jiwa kita, bentengi dari sifat-sifat tercela.


Banyak orang yang menjadi pinter keblinger siapapun dan jabatan apapun dia, dikarenakan dasar religi kurang mengakar dihatinya yang menjadikan jauh dari Allah sehingga segala tindakan, aturan, ucapan, tingkah laku dll. yang seharusnya dilaksanakan dengan baik tapi malah sebaliknya.


**


MENUNTUT ilmu tidaklah mengenal masa anak-anak ataupun masa tua, semakin kita bertambah dewasa bisa jadi akan lebih bijaksana dalam menangkap ilmu pengetahuan yang diterima hal ini karena di imbangi oleh pengalaman dan situasi kondisi yang sedang dihadapi.


Perlu diketahui pula bahwa ajaran Islam yang luhur ini memberikan jalan atau toleransi kepada kaum muslim dalam perihal menuntut dan mengamalkan ilmu, sebagaimana Rasulullah Saw. Bersabda, “Jadilah kamu seorang pengajar, atau pelajar, atau mendengarkan (ilmu), atau mencintai (ilmu), dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, kamu pasti menjadi orang yang celaka”. H.R. Imam Baihaki. Maksud dari orang kelima disini adalah janganlah menjadi orang yang bodoh, yang akan celaka di dunia dan kahirat kelak, sehingga dapat terjerumuskan kepada hal-hal keburukan.


Dengan demikian sudah saatnya hari ini dan seterusnya kepada para umaro, cendekia, ulama, dermawan dsb. untuk lebih memperhatikan nasib anak-anak kita yang belum mampu untuk mengikuti haknya dengan memberikan kebijaksanaan dan fasilitas agar mereka dapat menikmati hidup yang ditaburi oleh berbagai ilmu, baik ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan lainnya. Mereka adalah generasi penerus bangsa kita, apalah daya nasib bangsa ini apabila anak-anak kita tidak mengenyam pendidikan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar