01 Juni 2009
SABAR DAN TAWAKAL KUNCI KEBERHASILAN
Oleh MARSUDI FITRO WIBOWO
Harian Umum Pikiran Rakyat Bandung
Jumat, 10 Maret 2006
"HAI orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (Ali 'Imran [3]: 200).
SALAH satu ciri akhlak mulia (akhlaqul karimah) dari seorang Muslim yang selalu menghiasi dirinya adalah sifat sabar dan tawakal. Keduanya sangat dianjurkan sekali dalam ajaran Islam, sebagaimana perintah-perintah Allah yang telah termaktub di dalam kitab suci Alquran dan hadis-hadis Rasulullah saw. Kesabaran sangatlah membutuhkan waktu cukup panjang dan tidak cukup dengan satu kali cobaan, sehingga kesabaran itu benar-benar teruji dan terbukti.
Maka, dengan panjangnya waktu tersebut tidak akan merasa berkeluh kesah dan berburuk sangka baik terhadap sesama maupun terhadap Allah. Di sinilah pentingnya tawakal atau beserah diri dengan apa yang telah kita lalui dan yakini berada dalam aturan-Nya semata, bahwa apa yang kita miliki semua hanya miliki-Nya. Imam al-Gazali mendefinisikan sabar dalam kitab Minhajul 'Aabidin, bahwa sabar menurut bahasa adalah menahan diri. Sedangkan bersabar dalam hati adalah menahan diri dan tidak berkeluh kesah. Menurut para ulama karena hati goyah dalam menghadapi kesulitan. Ada juga yang berpendapat, gelisah dan mengeluh karena menginginkan penderitaan serta kesusahan itu cepat berlalu, dan tidak menyerahkan kepada Allah.
Menurut filsafat Islam, sabar ini terbagi kedalam beberapa bagian, yakni: ash-shabru fil-'ibadah (sabar dalam beribah), ash-shabru 'indal-mushibah (sabar ditimpa musibah atau malapetaka), ash-shabru 'anid-dunya (sabar terhadap kehidupan dunia), ash-shabru 'anil ma'shiyah (sabar terhadap ma'siyat), dan ash-shabru fil-jihaad (sabar dalam perjuangan).
Sebagai bahan pelajaran di atas, seyogianya kita mengambil contoh teladan dari umat terdahulu, bagaimana mereka menghiasi hidup dengan tawakal dan kesabaran yang indah tanpa mengenal berkeluh kesah. Selain itu, seorang Muslim hendak pula dalam menghadapi setiap persoalan dan kondisi, mengambil sabar sebagai perisai untuk mencapai kemenangan, QS. [3]: 200. Terkadang jika kita ditimpa musibah, cobaan atau ujian yang tiada kunjung selesai, seringkali berputus asa. Bahkan apabila kita menginginkan sesuatu yang belum tercapai, seringkali kita ingin memperoleh tujuan tersebut cepat-cepat datang dan terkabul.
Padahal, Allah SWT telah berfirman, "Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik." (QS. Al Ma'aarij [70]: 5). Maksudnya, bersabar yang indah tanpa tergesa-gesa dan tanpa berkeluh kesah, yang mana di balik semua itu terdapat hikmah yang besar untuk kelanjutan di masa akan datang. Dengan demikian, kita perlu menjadikan sabar dalam kehidupan kita untuk memperoleh keberuntungan dengan cara mengingat bahwa kehidupan di dunia yang kita jalani ini datangnya dari Allah, dan telah menjadi ketentuan Allah SWT yang tertulis pada Lauhul Mahfudz.
Sedangkan fondasi atau benteng bersabar adalah selalu ingat bahwa dengan bersabar kita akan mendapatkan pahala dari Allah, serta akan akan mendapatkan ganti yang teramat besar disisi Allah SWT yang telah dijanjikan dalam Alquran. Rasulullah saw. bersabda, maa u'tiya ahadun min 'athaa'i khairin ausa'a minash ash-shabri (tidak ada pemberian Tuhan yang lebih luas dan lebih baik seperti yang diberikan kepada orang-orang yang bersabar). Dari hadis ini tercermin banyak manfaat dan keutamaan bagi orang-orang yang bersabar karena Allah.
Maka, sikap sabar dan tawakal adalah kunci keberhasilan, sebab setiap kebaikan akan berhasil dengan sabar dan tawakal walaupun waktunya yang cukup lama. Bahkan yang dianggap mustahil pun bisa terjadi jika Allah menghendaki. Di sini jelas sekali, bahwa, kebaikan dunia dan akhirat terdapat dalam sifat sabar dan tawakal. Seorang Muslim tidaklah memahami sabar dan tawakal ini penolakan tehadap sebab tanpa berusaha, pasrah terhadap kelemahan dan ketidakmampuan dengan buruk sangka terhadap takdir Allah.
Akan tetapi ia memahaminya sebagai bagian dari iman dan akidahnya. Sebab sabar dan tawakal kepada Allah SWT suatu kewajiban makhluk, bahkan tuntutan agama dan akidah Islam. Oleh kerena itu, kita sebagai Muslim mesti memiliki sifat optimis--berbaik sangka terhadap Allah--untuk meraih kesejahteraan, kebahagian, dan untuk kemaslahatan hidup baik urusan duniawi maupun ukhrowi dengan doa dan ikhtiar serta melaksanakan amalan-amalan yang disukai Allah. Namun keadaan ini harus didampingi oleh sikap sabar dan tawakal tersebut.
Sebab, jika kedua sifat ini tidak ditanamkan bisa melahirkan kegundahan, keresahan, ketergesa-gesaan, keluh kesah, bahkan bisa buruk sangka terhadap Allah SWT. Dalam hadis Qudsi Allah SWT berfirman, "Aku bagaimana prasangka hamba-Ku." Sebagai balasan bagi mereka yang sabar dan bertawakal, Allah SWT berfirman, "Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya." (QS. Al 'Ankabuut [29]: 58-59).
Oleh karena itu Alquran telah memberikan petunjuk yang jelas sekali bagi mereka yang beriman dan bertakwa untuk bersabar dalam menghadapi musibah, ujian dan cobaan. Banyak sekali dalam Alquran --khususnya perintah-untuk bersabar yang berbentuk fi'il 'amr sebagai bahan pelajaran, tafakur, dan muhasabah, yakni QS., 2:45, 2:153, 3:120, 3:146, 3:186, 3:200, 7:128, 8:46, 10:109, 11:49, 11:115, 16:127, 18:28, 19:65, 20:132, 25:20, 30:60, 31:17, 38:17, 40:55, 40:77, 46:35, 50:39, 52:48, 54:27, 68:48, 68:49, 70:5, 73:10, 74:7, 90:17. Sedangkan mengenai tawakkal dan perintah untuk bertawakal Allah SWT telah menegaskan dalam QS., 3:122, 3:159, 3:160, 3:173, 4:81, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 8:49, 8:61, 9:51, 9:59, 9:129, 10:71, 10:84, 10:85, 11:56, 11:88, 11:123, 12:67, 13:30, 14:11, 14:12, 16:42, 16:99, 25:58, 26:217, 27:79, 29:59, 33:3, 33:48, 39:38, 42:10, 42:36, 58:10, 60:4, 64:13, 65:3, 67:29, 73:9.***